Novel Shikamaru Hiden - Chapter 7

6/08/2015

Penerjemah
Narutonian


Temari berdiri di belakang Gaara, melihat rambut crimson-nya yang bergoyang tertiup angin. Saat melihatnya, ia berpikir pada dirinya betapa adiknya telah tumbuh menjadi orang yang hebat.

Mereka berdiri di atas sebuah bukit, melihat pemandangan indah Suna dari atas. Orang-orang di desa menyebutnya "tempat membaca angin" karena angin tak pernah berhenti berhembus di atas sini, sepanjang tahun. Temari tahu bahwa hanya Gaara lah yang datang kemari untuk menikmati pemandangan desa meskipun angin berhembus kencang.

“Apa kau membutuhkan sesuatu, nee-san?” Tanya Gaara. Ia menolehkan kepalanya untuk melihat Temari, dan Temari dapat melihat huruf kanji Ai yang berarti 'Cinta' tertato di dahinya.

Beberapa tahun lalu, siapapun yang mendengar nama "Gaara", akan bergidik ketakutan. Tapi lihatlah adik kecilnya sekarang. Ia merupakan pemimpin Suna, dan menjadi orang yang berpengaruh dalam aliansi yang mempersatukan seluruh shinobi. Gaara telah menjadi seseorang yang sangat dibutuhkan di Dunia Shinobi.

Itu semua berkat Naruto.

Gaara memiliki bijuu dalam tubuhnya sejak lahir, sepanjang masa kecilnya. Ia dulu meyakini satu hal: “mencintai diri sendiri” dan menjadikan seluruh dunia musuhnya, tak membiarkan seseorang pun mendekatinya. Gaara yang dulu tak pernah membiarkan kakak perempuannya, Temari, atau kakak laki-lakinya, Kankurou, mendekati apalagi memasuki hatinya. Meskipun ia tak menyatakan hal itu terang-terangan, seluruh tubuhnya, sikapnya saat kehilangan dirinya, yang bergolak haus akan darah, semua yang ia lakukan men-transmisi-kan kata-kata itu dengan jelas.

Naruto adalah satu-satunya yang mampu menggapai Gaara.

Naruto tak bisa mengabaikan Gaara begitu saja, bukan saat ia merupakan jinchuuriki yang hidup dengan kehidupan yang sama sepertinya. Setelah bertukar serangan dalam pertempuran yang melewati batas manusia normal, keduanya perlahan memahami satu sama lain. Saat bijuu dalam tubuh Gaara dikeluarkan oleh Akatsuki dan ia berada pada ambang kematian, Naruto memompakan chakranya sebanyak mungkin pada Gaara, tanpa ragu sedikitpun. Gaara telah menganggapnya sebagai 'teman'.

Gaara telah berubah sejak ia bertemu Naruto, sifat Gaara yang dingin lenyap. Cara ia berbicara dan memperlakukan Temari dan Kankurou berubah. Sikapnya pada desa berubah. Perasaannya kepada semua orang di desa berubah.

Dan pada akhirnya, Gaara diakui oleh semua orang.

Temari sangat berterima kasih pada Naruto karena hal itu. Ia berpikir bahwa desa Konoha merupakan desa yang menyenangkan. Penduduk desa mereka memiliki kebanggaan yang besar sebagai shinobi, dan sebagian besar dari mereka merupakan orang-orang yang berpikir logis.

Tiba-tiba, wajah pria itu melintas di pikirannya. Ada rasa sakit yang menyengat dada Temari, dan dengan kesal ia mendecakkan lidahnya.

“Apa ada masalah, neesan?”
“Eh? Tidak…”
Gaara menatap ke arahnya, memandang dengan khawatir. Temari dapat merasakan kekhawatirannya yang besar, dan ia mengalihkan pandangan darinya.

Di desa Suna air selalu kering. Karena berada di tengah-tengah gurun, desa itu tak pernah dituruni hujan. Pasir selalu bercampur dengan angin.

“Ada butiran debu yang masuk ke mataku, itu saja.”
“Itu hal yang langka.” Gaara berkata dengan lembut. “Hal itu tak biasa terjadi padamu,neesan.”
“I- iya, benar…”
Orang-orang yang terlahir di Suna secara alami beradaptasi dengan pasir dan anginnya, mereka terbiasa menghadapi hal tersebut. Meskipun saat badai pasir, tak seorang ninja Suna pun yang matanya akan terasa perih karena pasir.

Kalimat Temari tentang 'butiran debu memasuki matanya' jelas-jelas adalah sebuah kebohongan dan alasan.

“Shikamaru…” Gaara tiba-tiba menyebukan nama pria itu, dan Temari sedang lengah sehingga ia tak dapat menahan dirinya yang menjadi kaku.

Meskipun tubuh kakaknya menjadi kaku layaknya sedang menghadapi musuh, Gaara tak mengatakan apapun tentang sikap tubuhnya yang tiba-tiba itu, dan berbicara seolah tak terjadi apa-apa.

“Aku merasa belakangan ini ia bersikap aneh. Terakhir aku melihatnya di Markas Besar, tampaknya hatinya tak berada dalam tindakannya. Aku merasa ia bekerja terlalu keras."
“Kau berpikir begitu juga, huh.” Ucap Temari.

Gaara mengangguk. “Dulu aku tak peduli terhadap orang lain, namun sekarang aku sangat berhati-hati dalam memperhatikan penampilan dan sikap orang lain. Mungkin karena itulah aku peka terhadap pergerakan hati seseorang."
Tentu saja, adik laki-lakinya pada dasarnya adalah orang yang sangat serius. Sekali ia yakin bahwa ia harus melakukan sesuatu, ia akan melakukannya dengan bersungguh-sungguh. Itu semua karena ia telah membuka hati sepenuhnya terhadap orang lain."
Bukanlah hal yang mengejutkan jika adiknya dapat menyadari berubahan kecil dari sikap Shikamaru ketika ia sangat berhati-hati dalam membaca sikap orang lain.

“Ia menyembunyikan sesuatu.”
“Mm…” Temari bersuara tanda setuju.

“Ia merupakan orang yang paling serius memikirkan seluruh masa depan Persatuan dan shinobi dari yang lain.” Ucap Gaara. "Aku yakin ia tak akan melakukan hal yang membahayakan Persatuan."
Gaara merujuk pada fakta bahwa setiap desa yang berpartisipasi dalam Persatuan Shinobi memiliki kewajiban untuk melaporkan setiap masalah baik di luar maupun di dalam yurisdiksi mereka. Ia juga merujuk pada fakta bahwa ia dan Temari menyadari Shikamaru enggan melaporkan situasi yang terjadi di Konoha. Situasi apapun yang membuatnya bertindak seperti itu adalah situasi yang tampaknya mempengaruhi seluruh desa shinobi.

“Apa kau tau apa yang kira-kira ia sembunyikan, neesan?”
“Aku harap aku tahu.”
Wajar jika Gaara bertanya padanya. Temari adalah orang yang paling sering bekerja sama dengan Shikamaru dalam Persatuan Shinobi.

“Bukannya aku tak memiliki pemikiran tentang hal itu…” Ucap Temari. “Hanya saja aku tak yakin apakah aku benar.”
Gaara mengangguk, mendengar dalam diam.

“Ia sedang serius menyelidiki shinobi yang hilang dalam perang, dan kasus missing-nin yang baru-baru ini terjadi.”
Setelah Temari menjawab, Gaara mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah desa lagi. Sebuah alur muncul diantara alisnya.

Ia sedang berpikir.

Angin tiba-tiba berhembus. Butiran pasir menggores dahi mereka, rasa sakit yang terasa familiar.

“Mari kita tanyakan pada Naruto.” Gaara bergumam. “Bersediakah kau, neesan?”
“Baiklah.” Temari terkejut dengan betapa cemasnya suara yang ia dengar.

“Tentu saja, kau juga harus bertanya pada Kakashi, tapi ia pasti akan enggan menjawab, jadi pertama-tama tanyakan pada Naruto tentang Shikamaru." Ucap Gaara, “Jika ternyata Shikamaru sedang berada dalam situasi berbaya, maka kita paling tidak harus mencoba menyelamatkannya dengan segala kekuatan yang kita miliki. Jika kau merasa membutuhkan shinobi Suna, bawalah mereka sebanyak yang kau butuhkan.”
“…Shikamaru adalah shinobi dari Konoha, kau tahu?"
“Kita sudah lama melewati era dimana kita mempedulikan tentang 'Shinobi Suna' atau 'Shinobi Konoha'. Ia adalah pria yang penting dalam Persatuan shinobi. Wajar jika kita harus membantunya."
“…Terima kasih.”
“Ini bukan sesuatu yang perlu kau terima kasihkan padaku, neesan.”
Setetes air mata yang berhasil lolos mengalir di pipi Temari. Menyekanya dengan tak sabar, ia melihat ke arah adiknya dengan seringai yang lebar.

“Entah kenapa, hari ini butiran pasir terus-menerus masuk ke mataku."
*
“Hey Sakura-chan, apa kau mendengar?” Naruto bertanya dengan kesal, menyandarkan sikunya pada tumpukan buku yang menumpuk setinggi dadanya. Ia sedang berbicara pada punggung Sakura saat ia sedang bergegas menelusuri rak buku yang memanjang menutupi dinding.

“Kau tahu, Sai tidak tampak di sekitar kita sudah sebulan lebih, dan Shikamaru tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin dan kaku terhadapku. Hey, apa kau pikir dia menyembunyikan sesuatu dariku?"
“Aku tidak tahu!”
Suara jengkel Sakura membuat Naruto mengerenyit.

“Bagaimana dengan misimu?"
“Sudah berakhir hari ini.”
“Kalau begitu cepatlah pergi ke Ichiraku, makan ramen, pulang, dan tidur!"
“Apaaaaaa, tapi sudah lama kau tidak ke Kediaman Hokage. Akhirnya kau muncul juga... Kau bersikap sangat dingin sebagai anggota tim 7."
Sakura berbalik dengan marah menghadap ke arah temannya yang memasang wajah cemberut.

“Sekarang aku sedang kewalahan bekerja dengan Nona Tsunade dalam mengembangkan sebuah sistem untuk jutsu medis, begitu juga bekerja dalam struktur sistem Persatuan Shinobi. Aku harus mempelajari dokumen yang tersisa dari Nona Tsunade ketika ia masih menjabat sebagai Hokage! Aku tidak punya waktu! Aku tidak bisa mendengarkan gosipmu! Mengerti?”
Terengah, ia berbalik menghadap rak-rak buku.

“Lagipula, belakangan ini kau sering keluar dengan Hinata, kan? Bukankah lebih baik kau pergi dan mengobrol dengannya yang mau mendengarkanmu daripada menggangguku?"
“Apa? Kau cemburu?"
Sakura berbalik dengan ekspresi marah, memberikan tinjunya ke kepala Naruto.

“Tentu saja tidak! Aku memutuskan untuk menunggu Sasuke-kun, kau tahu!"
“I- iya nyonya…” Naruto menjawab. Tiba-tiba matanya menunjukkan keseriusan, dan Sakura yang menyadari, memperhatikan apa yang dikatakannya.

“Tapi belakangan ini, kau tahu, aku punya perasaan yang sangat buruk."
“Apa Kyuubi membuat kehebohan?”
Kyuubi masih berada dalam tubuh Naruto. Dan juga terdapat sebagian kekuatan dari 8 bijuu di dalam tubuhnya. Maka dari itu, kau bisa mengatakan bahwa ia merupakan pilar dari kekuatan Juubi. Dalam perang lalu, Obito telah menjadi pilar dari Juubi dan memperoleh chakra yang menyaingi Rikudou Sennin. Naruto yang telah mengambil bijuu ke dalam tubuhnya, memiliki sebagian kekuatan Sage hingga kini. ‘Perasaan buruk’-nya berbeda dengan manusia normal, dan Sakura juga mengetahui hal itu.

“Apa kau tidak merasa salah menilai?"
“Kau jahat, tidak percaya sama sekali dengan penilaianku..." Naruto bergumam, menjatuhkan dirinya ke lantai merajuk.

“Karena sudah sepantasnya kau khawatir, makanya tidak ada yang bisa kau lakukan. Baik Sai maupun Shikamaru mereka adalah shinobi yang hebat. Meskipun mereka akhirnya menghadapi situasi dimana mereka membutuhkanmu, mereka akan memintanya. Dan jika tidak, maka Hokage akan memintamu untuk menyelamatkan mereka."
“Ehhh, aku tak yakin Kakashi-sensei tahu kapan saat itu tiba."
“Kau jauh lebih buruk dari dia!” Sakura meledak, menendang tulang keringnya. Naruto menggerakkan kakinya, berusaha menjaga jarak.

“Berhenti membicarakan hal yang tak bisa kau bantu, dan konsentrasilah pada misimu. Itulah yang Sai dan Shikamaru inginkan darimu. Terutama Shikamaru. Ia bekerja keras dalam Persatuan shinobi dan desa agar kau dapat menjadi Hokage! Jangan biarkan semua itu menjadi sia-sia.”
“Aku tau mereka melakukan itu untukku... tapi itulah mengapa aku khawatir, kau tahu."
Sakura menghelas nafas.

“Kuatkan dirimu. Mereka adalah teman-teman yang mempercayaimu selama ini, mereka tak akan mati sia-sia.”
“Jangan berkata hal yang menakutkan tentang kematian!”
“Oh, demi apapun! Aku berkata satu hal kau sedih, aku berkata hal lain kau masih sedih! Kau sangat menyusahkan-ttebayo!" Sakura menggunakan frase yang biasa digunakan Naruto padanya. "Pulanglah dan tidur!"
Sakura melempar Naruto keluar ruangan.

Bersambung ke Chapter 8...

Bagikan ini ke :

Merupakan situs blog berbagi apapun yang berhubungan dengan Naruto

Posting Terkait

Previous
Next Post »